Minggu, 31 Oktober 2010

sedetik atau sedikit

Pagi yang cerah, dengan senyuman hujan yang merekat di tanah yang kering. Aku rasa, tak selamanya hujan selalu membuat orang susah. Lihat dia, cantik sekali dikala hujan. Dia memang seorang wanita yang lemah, hanya bisa duduk dibangku keabadiannya, tapi aura yang terpancar darinya tak pernah padam. Aku tahu mengapa cahaya itu tak pernah padam, karena ia selalu mengikatnya dalam rasa syukur pada Tuhan. Ia tak jua lelah mendoakan orang yang selau menyakitinya, tak pernah berhenti bersyukur atas nikmat senang, padahal setahuku ia selalu dihina, selalu disakiti hatinya oleh orang-orang disekelilingnya. Mereka tak pernah tahu, betapa baiknya ia. Seandainya, aku meyadari saat ia masih bisa menggunakan seberkas memori yang telah kita ukir dulu, mungkin aku akan menghadiahkannya video rekaman saat aku dan dia mengukir janji untuk tidak meninggalkan satu dengan lain.Sedikit mengulang rajutan-rajutan benang kasih yang seharusnya kini telah menjadi kain yang indah. Sayang,benang itu tak mungkin tersambung lagi, karena sang pemilik membawanya ke dunia nyatanya.

Sabtu, 30 Oktober 2010

that's why

Aku rasa, aku sudah lama meninggalkan dunia yang sangat aku kagumi. Dunia yang membuat hidupku menjadi lebih berarti, dunia yang membuatku lebih mengenal sosok yang tak pernah terhapus dalam memori. Aku terlihat melupakan dunia yang pernah menorehkanku pada prestasi dan apresiasi pada diriku sendiri, aku hampir lupa ya, Menulis. Sudak lama aku tak menyentuh layar yang setiap kali aku berhadapan dengan itu, tanganku sulit berhenti berimajinasi dengan alam yang secara tidak sadar membangunkan cita-citaku.
Entahlah, aku rasa diriku kini bukan melupakan tapi hanya mencoba untuk mengalihkan pandanganku ke arti hidup yang sebenarnya bahwa manusia tidak melulu menggunakan hemisfer otak kirinya saja. Aku mencoba dunia yang baru, tidak, dunia yang sangat lama aku tinggalkan, meninggalkan luka yang dulu menyayatkan semangat hidupku, dunia yang penuh dengan kata “Love”. Aku ataupun kalian pasti mengerti bagaimana kata itu mengubahmu yang diam menjadi bersuara. Dan yang mampu bersuara menjadi diam seribu bahasa. Seperti pepatah perancis “ cinta terkadang membuat seorang yang pintar menjadi tampak bodoh dan yang bodoh menjadi tampak pintar”. Akupun tidak paham, dulu aku berpikir dengan prespektifku sendiri yang mengarahkanku untuk jauh meninggalkan itu semua, tapi kini aku kembali mendalaminya. Kodrat sebagai manusia yang sesuai dengan teori hierarki kebutuhan dari Maslow, kebutuhan kasih sayang. Mungkin sangat lucu, tapi aku belajar memahami arti pentingnya menghargai perasaan yang Tuhan beri kepada Umat-Nya.
Ini bukan sebuah idealis yang akhirnya justru terperangkap pada kekonyolan yang pernah menjatuhkan aku ke Lubang panas yang hampir membakarku. Bukan itu, aku hanya mengarahkan perasaan itu kepada realita kehidupan, sesungguhnya segala hal tidak ada yang abadi. Biarkan waktu yang berjalan seperti yang seharusnya terjadi, yang telah ditentukan. Seperti kata sahabatku “ kita bukan berpikir akhir dari yang kita jalani sekarang, tapi bagaimana proses bahagia yang sebaiknya kita nikmati”.

siapa aku?

Tanganku seperti kaku, jiwaku seperti tak mengenal siapa aku. Aku mulai berfikir, setan apa yang mulai merasukiku hingga setiap kali aku berkaca aku melihat pantulan yang bukan diriku. Pantulan itu membuatku menjadi bodoh, tak dapat melihat siapa aku dulu bahkan aku tak tahu siapa aku sekarang. Aku seperti terhanyut dalam dunia klasik yang aku seperti de javu akan itu. Pikiran yang seakan mengontrol gerakan dan nafasku sekalipun. Saat ini aku seperti tersadar akan semua yang aku alami beberapa dekade yang seakan panjang aku lewati. Aku melihat sesuatu yang salah dari aku, sesuatu yang seharusnya tidak aku hilangkan dulu, aku seperti tidur panjang dalam kesunyian dan pertanyaan bodoh yang sebenarnya tak patut aku tanyakan atau memang tak seharusnya aku pikirkan.
Rasanya aku ingin menangis, berlari dan menghilang, aku ingin menemukan aku yang “dulu”. Aku ingin mengakhiri ketololan yang telah menjadi sebuah kebutuhan bagiku. Aku ingin melepaskan semua ini, aku merasa kotor, aku merasa tidak memiliki semangat untuk mengembalikan semua ke tempat yang seharusnya. Bantu Aku Tuhan, bantu aku… mengapa aku tak pernah yakin akan diriku sendiri? Mengapa mereka lebih yakin terhadapku kalau aku mampu menjadi siapa sebenarnya diri aku ini? Mengapaaa?? Aku tak ingin menyerah, tapi raga ini seperti mati rasa. Aku butuh jawaban dari-Mu , Tuhan…